Sabtu, 04 April 2015

Jangan Lupa Salat Gerhana, Ini Caranya

Jangan Lupa Salat Gerhana, Ini Caranya

isp provider paket internet tercepat fiber optik dedicated untuk jakarta barat pusat selatan utara timur warnet gameonline gamecenter murah
 Jangan Lupa Salat Gerhana, Ini Caranya
TRIBUNJAMBI.COM - Malam ini sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami gerhana bulan. Dalam Islam, Rasulullah mengajarkan salat gerhana ketika seseorang menyaksikan gerhana. Sunah inilah yang mulai ditingalkan.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ”Jika kalian melihat gerhana (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat. (HR Bukhari)

Mengutip situs www.rumaysho.com, ada sejumlah hal yang dianjurkan ketika gerhana terjadi. Beberapa hal itu diantaranya, memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Adapun tata cara salat gerhana yaitu dilakukan sebanyak dua raka’at. Ada yang mengatakan bahwa salat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.
Hal ini berdasarkan hadits: “Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti salat biasa dan bacaannya pun sama.
Masih mengutip rumasysho.com, urutan salat gerhana sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar